Menulis Cerpen yang Bersumber dari Pengalaman Pribadi

Kejutan Manis
Karya  : Fenia Widyasari


“Seluruh pelajaran hari ini telah selesai..........” 
Bel pulang pun berbunyi dan seluruh siswa pun meninggalkan kelas masing-masing untuk pulang. Seperti yang lain aku pun juga meninggalkan kelasku. Namun, saat itu berbeda dengan hari biasanya. Saat pulang aku terdiam. Itu semua karena aku bingung dengan sikap sahabat-sahabatku. Akhir-akhir ini mereka bersikap aneh terhadapku, seakan ada sesuatu yang disembunyikan. Ada masalah mungkin, tapi entahlah. Aku tak tahu, aku tak mengerti. Saat ku tanya “Kalian kenapa?” mereka hanya menjawab “Tidak kenapa-kenapa,” Aku pun masih terdiam memikirkan semua itu. Hingga ada sesuatu yang membuyarkan lamunanku. Tidak terasa aku sudah berjalan sampai di tempat parkir, dan hampir saja ada sepeda yang mau menabrakku karena aku melamun tadi. Untung saja aku segera tersadar dan aku pun meminta maaf dengan anak yang akan menabrakku tadi, karena sebenarnya memang aku yang salah.

Ku kayuh sepedaku, dari sekolah menuju ke rumah tentunya. Tapi aku masih saja sama. Aku masih saja terdiam memikirkan sikap sahabat-sahabatku terhadapku. Tak lama kemudian aku pun sampai di rumahku. Setelah aku meletakkan sepedaku di garasi, aku pun segera menuju kamarku untuk berganti pakaian, sholat Dzuhur dan setelah itu makan siang. Tak lama setelah makan, aku pun kembali menuju kamarku. Ku rebahkan tubuhku ke atas tempat tidur sambil ku gerakkan tanganku di atas tempat tidur untuk mencari ponselku. Setelah ketemu, aku lihat di layar ponsel dan tak ada pemberitahuan apa pun. Setelah itu, aku mulai menulis pesan singkat untuk sahabat-sahabatku. Ku tanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Setelah ku kirimkan aku tunggu beberapa saat tapi tak satu pun membalas. Ku tinggalkan ponselku di kamar, dan aku pun keluar untuk menyelesaikan pekerjaan rumah.

Di malam harinya, kembali ku buka ponselku. Ku lihat layarnya masih saja sama, tak ada pemberitahuan apa pun. Kembali ku letakkan ponselku dan mulai ku buka buku pelajaran. Ku coba menyelesaikan PR yang memang seharusnya ku selesaikan. Tapi pikiranku tak bisa jernih, aku masih saja memikirkan sikap sahabat-sahabatku. Bagaimana tidak, sahabatku yang biasanya selalu tertawa,bercanda denganku tiba-tiba sikapnya berubah begitu saja tanpa alasan. Aku terus berpikir apa sebenarnya salahku? mengapa sahabat-sahabatku bisa berubah sikapnya terhadapku? Aku harus bagaimana? Itu terus saja ada di pikiranku, hingga aku sadar aku belum menyelesaikan PR ku. Segera aku pun menyelesikannya. Saat sudah selesai aku pun bersiap untuk tidur. Aku tidur dengan harapan besok pagi sikap sahabat-sahabatku kembali seperti semula.

Waktu berlalu, sang dewi malam berganti dengan sang surya pagi. Langit yang gelap pun mulai bercahaya. Jam alarmku pun mulai bernyanyi menari-nari, menandakan waktu istirahatku telah usai. Aku pun mulai membuka mata, bergegas menyiapkan diri untuk pergi ke sekolah. Setelah siap dan sarapan aku pun berangkat ke sekolah, tak lupa sebelumnya berpamitan kepada kedua orang tuaku.
Ku kayuh sepedaku seperti biasa, tak lama kemudian aku sampai di sekolah. Setelah ku  parkirkan sepedaku, aku pun berjalan menuju kelas. Di depan kelas nampak sahabat-sahabatku berkumpul seperti biasa. Ku hampiri dan ku sapa mereka.

“Hai, selamat pagi,” Sapaku.
“Pagi juga,” Jawab mereka hampir serentak. 

Setelah itu mereka terdiam. Tak lama kemudian bel masuk berbunyi. Kami pun bergegas masuk ke dalam kelas.

“Saatnya istirahat pertama...” 
Bel istirahat pun berbunyi alangkah merdunya. Suatu hal yang sangat dinantikan oleh seluruh perut yang lapar dan ingin segera menginjakkan kaki di sebuah tempat bernama kantin.  Semua siswa keluar kelas untuk istirahat. Begitupun aku dan teman-temanku. Kami pun duduk di tempat yang biasanya kita tempati saat istirahat. Semuanya hanya terdiam hingga aku memulai pembicaraan.

“Sebenarnya kalian kenapa sih ?” Tanyaku. Mereka memandangku dan menjawab,
“Kita tidak kenapa-kenapa Fen,” Jawab mereka.

Selalu saja jawaban itu yang kudapat. Tak terasa sudah saatnya pulang. Aku pun pulang, sesampainya di rumah aku melakukan aktivitas-aktivitas yang biasa aku lakukan. Saat hari sudah malam aku belajar lalu bergegas tidur.

Sebelum tidur aku memainkan ponselku. Kubuka aplikasi permainan untuk mengusir bosanku. Saat aku sudah selesai bermain, tak sengaja kulihat tanggal di sudut layar ponselku. Tertulis tanggal 10 Februari 2016, aku ingat kalau besok adalah hari ulang tahunku. Aku hanya berpikir mengapa sikap teman-temanku berubah padahal besok adalah hari istimewaku. Aku memikirkan itu hingga aku tertidur.

“Drrrrrttt....” Ponselku bergetar tepat di sebelah bantal tempatku tidur. Aku pun terbangun, dengan mata masih mengantuk kubuka ponselku, tepat pukul 00:00 WIB ada sebuah pesan bertuliskan “Happy Birthday Fen,” aku terkejut dan kulihat ternyata itu dari salah satu sahabatku. Karena masih mengantuk, aku pun tak sempat membalas pesan itu.

Keesokan harinya, di sekolah. Awalnya memang biasa saja, tetapi yang membedakan hari ini adalah tiap temanku yang bertemu denganku hampir semua mengucapkan “Selamat Ulang Tahun Fen,” Aku senang pastinya, karena setidaknya masih ada teman-teman yang ingat hari ulang tahunku.
Yang lebih mengejutkan adalah saat sahabat-sahabatku memberikan kejutan untukku, dengan memberikan sebuah kado yang cukup besar dibungkus dengan kertas berwarna merah bergambar bunga mawar, dengan mengucapkan “Happy Birthday Fenia,” aku senang hingga tak sadar air mata membasahi pipiku. Aku menangis dan mereka memelukku.

“Happy birthday Fen, maaf kita hanya bisa memberi ini. Maaf juga akhir-akhir ini kita berubah sikap terhadapmu, kita hanya ingin memberikan kejutan untukmu. Udah, jangan nangis,” Kata salah satu sahabatku.
“Aku nangis bukan karena sedih, hanya saja aku terharu. Terima kasih sudah memberikan kejutan untukku. Bagi mereka mungkin ini tidak seberapa, tapi bagiku ini sangat istimewa. Sekali lagi terima kasih,” Jawabku.

Aku terharu melihat hal ini, karena selama lima belas tahun ini, baru kali ini ada teman yang peduli dengan ulang tahunku sampai-sampai mereka rela mengumpulkan uang untuk memberikan kado untukku. Hadiahnya memang tidak seberapa, tapi moment-nya itu yang tidak akan pernah bisa kulupa.

Dihari ini aku merasa sangat dipedulikan. Aku sadar, ternyata masih banyak yang menganggapku penting. Jujur saja, baru kali ini aku bertemu dengan sahabat yang seperti mereka. Aku hanya tidak bisa membayangkan jika suatu saat kita harus berpisah. Aku yakin itu pasti sulit. Semua kejadian dihari ini aku tulis dalam buku harianku, dan do’a ku untuk hari ini,

“Ya Allah, terima kasih. Terima kasih untuk sebelas Februari kali ini. Terima kasih untuk semuanya Ya Allah. Aku harap Engkau selalu memberikan kebahagiaan dan kemudahan untuk diriku dan semua orang yang menyayangiku. Sekali lagi terima kasih Ya Allah, kali ini Fenia bahagia,” 






Cerita tersebut merupakan sebuah cerpen sesuai pengalaman pribadi saya, kurang lebih satu tahun yang lalu. Cerpen tersebut merupakan cerpen yang sama dengan cerpen yang saya tulis untuk ujian praktek mata pelajaran Bahasa Indonesia pada saat saya duduk di kelas sembilan. Saya mohon maaf apabila masih ada kesalahan dalam ejaan maupun penulisan karena tak ada gading yang tak retak, mawar yang indah pun ada durinya. Sekian dari saya, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita saya.

Baca cerita lain karya saya dalam Wattpad : https://www.wattpad.com/user/VanillaFen_

Komentar

  1. Baca cerita lain karya saya dalam Wattpad : https://www.wattpad.com/user/VanillaFen_

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hikayat Indera Bangsawan

Jenis-jenis Penelitian Geografi

Membangun Kerukunan Beragama dalam Kehidupan Sehari-hari